Kita sering banget bahas soal onderdil dan perawatan motor, tapi ada satu hal penting yang sering kelewat BBM yang kita pakai! Sebagus apa pun mesin dan perawatannya, kalau BBM yang dipakai kualitasnya jelek, kotor, atau oktannya gak sesuai, motor tetap bisa bermasalah.
Bayangin aja, habis isi full tank, tapi gak lama mesin brebet, tarikan berat, dan bensin jadi lebih boros. Bikin kesel, kan? 😤
Di Indonesia, BBM selalu jadi bahan perdebatan. Banyak yang bilang kualitasnya kurang bagus, lebih kotor, dan harganya mahal. Apalagi setelah kasus BBM oplosan dan blending di Pertamina terbongkar, makin banyak yang bertanya: beneran aman gak sih BBM yang kita pakai tiap hari?
Faktanya, kualitas BBM berpengaruh langsung ke performa dan ketahanan mesin. BBM bagus bikin tarikan enteng, irit, dan komponen lebih awet. Sebaliknya, BBM oplosan atau kotor bisa bikin mesin ngelitik sampai rusak parah. Kalau bener BBM yang kita pakai selama ini udah dioplos, apa dampaknya ke motor kita?
Mengenal BBM Oplosan, Blending, dan BBM Kotor
Pernahkah Anda merasa mesin motor lebih cepat panas atau performanya menurun setelah mengisi bahan bakar di SPBU tertentu? Bisa jadi, tanpa disadari, Anda telah menggunakan BBM oplosan atau BBM kotor yang kualitasnya jauh dari standar.
BBM Oplosan
BBM oplosan bukan hal baru di Indonesia. Selain kasus besar yang menimpa Pertamina, praktik ini juga sering dilakukan oleh oknum masyarakat. Beberapa pelaku mencampurkan Pertalite dengan hasil sulingan sendiri yang kualitasnya tidak terjamin, lalu menjualnya dengan harga lebih murah. Ada juga yang mencampur BBM dengan zat lain, seperti minyak tanah atau cairan kimia tertentu, untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan.
Hasilnya? BBM yang seharusnya memiliki RON (Research Octane Number) stabil menjadi tidak konsisten, menyebabkan pembakaran tidak sempurna di dalam mesin. Gejalanya bisa berupa knocking (mesin ngelitik), tarikan berat, hingga penurunan efisiensi bahan bakar. Dalam jangka panjang, ini bisa mempercepat kerusakan pada sistem injeksi atau karburator.
BBM Blending
Blending BBM sebenarnya adalah praktik umum dalam industri migas. Dalam kondisi ideal, pencampuran ini dilakukan di kilang minyak dengan pengawasan ketat untuk mendapatkan spesifikasi tertentu, seperti RON 90 atau RON 92. Namun, masalah muncul ketika pencampuran dilakukan secara ilegal atau tanpa standar yang jelas.
Kasus yang terungkap baru-baru ini menunjukkan bagaimana BBM RON 90 (Pertalite) dicampur untuk menyerupai RON 92 (Pertamax), tetapi kualitasnya tidak sesuai dengan harga yang dibayarkan konsumen. Praktik semacam ini bukan hanya merugikan masyarakat secara finansial, tetapi juga berpotensi merusak mesin kendaraan dalam jangka panjang.
BBM Kotor
Masalah BBM bukan cuma soal oplosan atau blending ilegal. BBM kotor juga bisa terjadi karena proses penyaringan dan pengolahan di kilang yang kurang optimal. Kalau filtrasi gak maksimal, BBM bisa mengandung residu atau partikel halus yang akhirnya mengendap di tangki dan menyumbat sistem bahan bakar.
Selain itu, tingginya kadar sulfur dan kelembapan dalam BBM bisa bikin mesin cepat berkarat dan memperpendek umur komponen. Banyak pengguna juga mengeluhkan BBM yang terasa lebih berminyak atau terlihat keruh saat diendapkan—tanda ada masalah di kontrol kualitas distribusi.
Salah satu isu utama dalam polemik BBM kotor adalah tingginya kadar sulfur, terutama pada Pertalite dan Pertamax. Pertalite (RON 90) mengandung sulfur hingga 500 ppm, jauh dari standar Euro 4 yang seharusnya di bawah 50 ppm. Pertamax (RON 92) juga disebut mengandung sulfur tinggi, meski lebih baik dari Pertalite. Selain merusak mesin, sulfur berlebih ini juga mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan.
Kalau BBM yang kita pakai gak sesuai standar, efeknya lebih dari sekadar tarikan motor yang berat. Daya tahan mesin bisa menurun, konsumsi bahan bakar jadi boros, dan biaya perawatan makin mahal. Jadi, seberapa parah dampak BBM yang gak berkualitas ke komponen motor?
Dampak BBM Tidak Berkualitas pada Sistem Komponen Sepeda Motor
Seberapa besar pengaruh BBM oplosan, BBM blending, atau BBM kotor terhadap sepeda motor? Banyak pengendara mungkin tidak langsung menyadari efeknya, tetapi dalam jangka panjang, kualitas bahan bakar yang buruk bisa merusak berbagai komponen mesin.
1. Knocking
BBM yang seharusnya memiliki angka oktan stabil akan menghasilkan pembakaran yang optimal di ruang mesin. Namun, ketika menggunakan BBM oplosan atau BBM kotor, pembakaran menjadi tidak sempurna, sehingga menimbulkan knocking (mesin ngelitik).
Knocking terjadi karena bahan bakar terbakar sebelum waktunya akibat tekanan yang tidak sesuai. Efeknya, tenaga motor terasa lebih lemah, tarikan berat, dan konsumsi BBM menjadi lebih boros. Jika dibiarkan, knocking bisa merusak piston dan menyebabkan overheating.
2. Injektor dan Karburator Tersumbat
Sistem bahan bakar modern, terutama yang menggunakan injeksi, sangat sensitif terhadap kebersihan BBM. BBM kotor yang mengandung partikel halus atau air bisa menyumbat injektor, menyebabkan aliran bahan bakar terganggu dan mesin brebet.
injektor tersumbat, sehingga suplai bahan bakar ke mesin terganggu. Pada motor karburator, endapan kotoran bisa menyumbat spuyer, bikin aliran bensin gak lancar. Dampaknya, motor sering brebet, susah langsam, dan bisa tiba-tiba mati saat jalan.
Pada motor dengan karburator, endapan dari BBM yang tidak murni bisa menempel di spuyer (saluran kecil dalam karburator), membuat suplai bahan bakar tidak lancar. Hasilnya, motor sulit dinyalakan, akselerasi tidak responsif, dan bahkan bisa mati mendadak di tengah jalan.
3. Ruang Bakar dan Busi Cepat aus
BBM yang tidak terbakar sempurna akan meninggalkan residu karbon di ruang bakar dan busi. Seiring waktu, kerak karbon ini bisa menumpuk, mengganggu proses pembakaran, dan mengurangi efisiensi mesin.
BBM yang kotor atau mengandung sulfur tinggi bisa meninggalkan residu karbon di ruang bakar. Akibatnya, kerak menumpuk di kepala piston dan klep, membuat pembakaran jadi tidak sempurna.
Busi yang tertutup kerak karbon akan lebih cepat aus, membuat percikan api tidak maksimal. Akibatnya, motor jadi sulit dinyalakan dan performanya menurun. Jika sudah parah, satu-satunya solusi adalah mengganti busi dan melakukan pembersihan ruang bakar secara menyeluruh.
4. Filter Bahan Bakar dan Tangki
BBM oplosan atau BBM kotor sering kali mengandung air atau zat lain yang tidak seharusnya ada dalam bahan bakar. Kandungan air ini bisa mempercepat korosi pada tangki dan saluran bahan bakar, menyebabkan kebocoran atau kontaminasi lebih lanjut.
Filter bensin tugasnya menyaring kotoran sebelum BBM masuk ke mesin. Kalau kualitas BBM buruk, filter harus bekerja lebih keras dan lebih cepat kotor. Akibatnya, suplai BBM jadi gak stabil, motor terasa loyo, bahkan bisa mati mendadak kalau aliran bahan bakar benar-benar terhambat.
Selain itu, filter bahan bakar yang seharusnya menyaring kotoran akan lebih cepat tersumbat, menghambat aliran BBM ke mesin. Jika filter terlalu kotor, suplai bahan bakar ke injektor atau karburator menjadi tidak stabil, yang pada akhirnya mempengaruhi performa motor.
Dampak BBM tidak berkualitas bisa dirasakan dalam berbagai bentuk, mulai dari gejala ringan seperti tarikan berat hingga kerusakan serius pada komponen mesin. Jika dibiarkan, biaya perbaikan bisa jauh lebih mahal daripada sekadar memilih BBM berkualitas sejak awal.
Dampak Kasus BBM Oplosan atau Blending Pertamax
Beredarnya BBM oplosan dan BBM blending di pasaran bukan hanya merugikan negara, tetapi juga konsumen yang tidak menyadari bahwa bahan bakar yang mereka beli mungkin telah diubah kualitasnya. Kasus blending Pertamax dengan Pertalite yang terungkap baru-baru ini semakin menambah kekhawatiran masyarakat, terutama para pengguna sepeda motor yang mengandalkan BBM berkualitas untuk performa kendaraan mereka.
Kasus pengoplosan Pertamax dengan Pertalite mengungkap praktik yang merugikan konsumen secara langsung. Pada dasarnya, konsumen membayar harga BBM RON 92, tetapi yang mereka dapatkan adalah hasil campuran dari BBM RON 90 atau lebih rendah. Artinya, kualitas bahan bakar yang seharusnya lebih baik menjadi turun, meskipun tetap dijual dengan harga lebih tinggi.
Hal ini berdampak pada mesin sepeda motor yang dirancang untuk bekerja dengan RON tertentu. Jika angka oktan lebih rendah dari yang direkomendasikan, maka pembakaran bisa menjadi tidak optimal, menyebabkan knocking, tarikan berat, dan konsumsi bahan bakar yang lebih boros.
Bagaimana Kasus Ini Mempengaruhi Pengguna Sepeda Motor?
Kasus BBM oplosan dan BBM blending yang melibatkan Pertamax bukan sekadar isu keuangan negara. Bagi pemilik sepeda motor, efeknya bisa dirasakan langsung dalam pengalaman berkendara sehari-hari.
- Penurunan Performa Mesin
Pengguna yang terbiasa mengisi BBM dengan RON 92 bisa merasakan performa motor menurun tanpa mengetahui penyebabnya. - Kerusakan Komponen Mesin
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahan bakar berkualitas buruk bisa meninggalkan residu karbon, menyumbat injektor, dan mempercepat keausan komponen mesin. - Kepercayaan Publik Menurun Masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan Pertamax kini mulai ragu terhadap kualitasnya, bahkan ada yang beralih ke merek BBM lain atau mencari alternatif bahan bakar yang dianggap lebih aman.
Dampak dari kasus ini bukan hanya sebatas pada motor yang menjadi lebih boros atau mengalami knocking, tetapi juga berimbas pada kebiasaan dan kepercayaan konsumen dalam memilih bahan bakar.
Penutup
Kasus BBM oplosan dan BBM blending yang mencuat belakangan ini menambah kekhawatiran masyarakat, terutama pengguna sepeda motor yang sangat bergantung pada bahan bakar berkualitas. BBM yang tidak sesuai spesifikasi dapat berdampak buruk pada performa mesin, mempercepat keausan komponen, hingga meningkatkan risiko kerusakan. Sayangnya, pilihan alternatif seperti SPBU swasta masih belum menjadi solusi utama karena tidak merata, harganya lebih mahal, dan kualitasnya pun belum sepenuhnya terbukti lebih baik.
Menghindari BBM oplosan, BBM blending, atau BBM kotor memang tidak selalu memungkinkan, terutama di daerah dengan keterbatasan SPBU. Jika terpaksa menggunakannya, ada beberapa langkah mandiri yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampaknya pada sepeda motor. Langkah ini bertujuan untuk menjaga performa mesin dan mencegah kerusakan jangka panjang akibat BBM berkualitas buruk.
Pertama, gunakan zat aditif bahan bakar yang berfungsi untuk membersihkan injektor, karburator, dan mengoptimalkan pembakaran. Produk ini juga membantu mengurangi kandungan air atau endapan yang bisa merusak sistem bahan bakar. Selain itu, rutin membersihkan tangki dan filter bahan bakar sangat penting untuk mencegah penumpukan residu yang bisa menyumbat aliran BBM ke mesin.
Kedua, perhatikan kondisi busi karena BBM oplosan sering kali meninggalkan kerak karbon yang mempengaruhi pembakaran. Pastikan busi diperiksa dan dibersihkan secara rutin agar tidak mengganggu performa mesin. Selain itu, gunakan oli berkualitas baik dan ganti lebih sering dari jadwal normal jika sering menggunakan BBM yang diragukan kualitasnya. Oli yang baik membantu menjaga suhu mesin tetap stabil dan mengurangi gesekan berlebih.
Ketiga, hindari membiarkan BBM oplosan atau kotor mengendap terlalu lama di dalam tangki. Jika motor jarang digunakan, usahakan menghabiskan bahan bakar sebelum membiarkannya diam dalam waktu lama. Jika memungkinkan, campurkan BBM berkualitas lebih baik saat mengisi ulang agar efek buruknya berkurang.